Al-Amal, Misi Pertama Mars dari Arab
Uni Emirat Arab (UEA) mencetak sejarah. Mereka buat satelit bernama Misabar al-Amal. Satelit Misabar al-Amal disebut satelit Hope. Misi satelit jelajahi atmosfer Mars.
![]() |
UEA mencetak sejarah. Para ilmuwan mereka telah membuat satelit yang meluncur menuju orbit Mars. Nama satelit antariksa tersebut adalah Misabar al-Amal atau disebut juga Hope probe.
Misi UEA menuju planet Mars berjuluk Emirates Mars Mission. Pada awal bulan Februari 2021, satelit al-Amal sukses memasuki orbit planet Merah dan semua rakyat UEA yang menyaksikan siaran tersebut berjingkrak gembira.
Kebanggaan segera merasuk ke dalam hati, teriakan kebahagiaan terdengar dan pencapaian itu membuat mereka mengukir sejarah.
UEA menjadi negara kelima yang mengirim pesawat antariksa nirawak menuju Mars, setelah sebelumnya ada AS, Soviet, Tiongkok dan India.
Awal perjalanan menembus antariksa
Pada tahun 2006, Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Perdana Menteri UEA sekaligus penguasa Dubai mendirikan The Emirates Institution for Advanced Science and Technology (EIAST).
Dari lembaga kajian ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, Mohammed bin Rashid Space Center (MBRSC) dibentuk pada tahun 2015. EIAST kemudian diserap kedalam MBRSC.
Ambisi utama MBRSC adalah membangun sektor antariksa dan teknologi canggih di UEA. Selain itu, MBRSC juga memiliki ambisi lain seperti meningkatkan kesadaran ilmiah dan eksplorasi antariksa, juga mempersiapkan para astronotnya untuk menjelajahi luar angkasa.
Lembaga antariksa UEA ini kemudian memiliki beberapa proyek untuk mewujudkan ambisinya. Salah satunya adalah misi satelit ke planet Mars.
Namun sebelum misi tersebut dilakukan, MBRSC sudah menjalankan empat proyek. Empat proyek tersebut adalah peluncuran DubaiSat-1, DubaiSat-2, KhalifaSat, dan Nayif-1.
MBRSC melakukan kerjasama dengan beberapa negara seperti Korea Selatan, Jepang, atau entitas seperti SpaceX dan universitas ternama dalam bidang antariksa untuk menjalankan proyeknya.
Satelit al-Amal
Ambisi UEA untuk menjadi salah satu negara penjelajah antariksa adalah upaya mendiversifikasi produk masa depan untuk melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap kekayaan minyak yang mereka miliki.Do you know that the #hope_probe is the first Arab and #Islamic space project of its kind in the exploration of #Mars? Find out more about this ambitious project by visiting the #UAESpaceAgency platform in the official #UAE pavilion at the #Saudi_International_Airshow pic.twitter.com/Ql42ds17KG
— وكالة الإمارات للفضاء (@uaespaceagency) March 13, 2019
Karena itu, misi antariksa termasuk misi Mars dari UEA telah didasari dengan limpahan dana penelitian untuk mengembangkan berbagai teknologi canggih dan memberikan edukasi terhadap generasi penerus.
Mereka membentuk MBRSC, pusat antariksa UEA juga untuk menginspirasi generasi muda negara tersebut.
Mereka kemudian melangkah dengan mengejutkan dalam proyek misi Mars, menggunakan satelit al-Amal. Melansir dari laman Al Jazeera, misi Mars UEA adalah misi pertama dunia Arab untuk menjelajahi Mars.
Pada bulan Juli tahun 2020, al-Amal meluncur menembus atmosfer Bumi menuju Mars dari Pusat Antariksa Tanegashima Jepang.
Roket yang dikembangkan oleh Mitsubishi Heavy Industries membawa satelit al-Amal menembus langit dan melepaskannya untuk melakukan perjalanan selama tujuh bulan menuju planet Merah.
Baca juga: 5 Fakta Sputnik 2, Roket Pembawa Anjing ke Luar Angkasa
Biaya yang dikeluarkan dalam misi Mars
Misi antariksa adalah misi yang mahal. Tidak semua negara mampu menjalankan proyek penjelajahan ruang angkasa. Untuk memenuhi ambisi eksplorasi dalam misi Mars, UEA membutuhkan dana yang banyak.
UEA mengeluarkan dana sekitar 200 juta dolar AS atau sekitar Rp2,9 triliun.
Rencana penjelajahan Mars itu telah dikabarkan pada tahun 2014 dan MBRSC bekerja sama dengan lembaga pendidikan Amerika Serikat dalam membuat satelit al-Amal.
Mohammed bin Rashid memberikan penjelasan bahwa dalam penjelajahan Mars itu, ia ingin peradaban Arab memainkan peran besar dalam memberikan kontribusi bagi pengethauan manusia.
Dia mengatakan hal itu sambil merujuk bagaimana para ilmuwan Islam Abad Pertengahan memberikan sumbangan besar bagi kehidupan manusia.
Dia juga mengatakan, bahwa Arab akan memainkan peran itu lagi dengan proyek-proyek MBRSC. Al-Amal sukses mencapai atmosfer Mars pada tanggal 9 Februari 2021 setelah melakukan perjalanan panjang puluhan ribu kilometer.
Satelit pertama pengamat cuaca di Mars
Satelit al-Amal rencananya akan bertahan selama satu tahun waktu Mars atau sekitar dua tahun waktu bumi. Satelit milik UEA tersebut memiliki tiga tujuan utama dalam misinya ke planet Mars.
Tujuan yang pertama adalah untuk memahami dinamika iklim yang terjadi di Mars. Selain itu, satelit juga mencoba untuk memahami peta cuaca global planet Mars dengan melakukan karakterisasi atmosfer yang berada di bawahnya.
Tujuan yang kedua adalah sebagai upaya untuk mencari penjelasan bagaimana sebenarnya atmosfer Mars yang tipis melepaskan hidrogen dan oksigen.
Kemudian untuk tujuan yang ketiga adalah satelit berikhtiar untuk memahami struktur dan variabilitas di atmosfer atas planet Mars. Satelit akan berusaha mengidentifikasi mengapa Mars kehilangan gas-gas tersebut ke luar angkasa.
Satelit al-Amal akan mengitari Mars dalam lintasan elips. Perkiraan jarak terdekat antara satelit al-Amal dengan Mars adalah sekitar 1.000 kilometer dan jarak terjauhnya adalah sekitar 55.000 kilometer.
Secara berkala, satelit akan mencoba memangkas jarak tersebut sampai 43.000 km sampai 22.000 kilometer.
Kerja kolaboratif dalam membuat satelit al-Amal
Ambisi UEA dalam eksplorasi antariksa memang tidak semuanya altruistik seperti memberikan data-data yang akan didapatkan oleh al-Amal ke publik untuk mengembangkan pengetahuan.
Akan tetapi UEA ingin mengembangkan ekonomi negara dengan tidak hanya bergantung pada minyak, tetapi juga membangun ekosistem pendidikan yang dapat menjadi rujukan banyak negara.
Untuk membuat satelit al-Amal dalam misi Marsnya, UEA menjalin kerja kolaborasi lintas institusi, terutama dengan para ilmuwan dari Amerika Serikat.
Setidaknya ada tiga universitas yang bekerjasama dengan UEA yakni laboratorium fisika Atmospheric and Space Universitas Colorado, laboratorium Ilmu Pengetahuan Antariksa Universitas California dan School of Earth and Space Exploration dari Universitas Arizona State.
MBRSC juga bekerjasama dengan Universitas College di London yang memberikan "analisisi nilai-nilai" bagaimana UEA mengembangkan misi antariksanya dan bagaimana dampak serta keuntungan misi Mars tersebut.
Baca juga: 5 Fakta VSS Imagine, Pesawat Ruang Angkasa Generasi Ketiga Milik Virgin Galactic
Ambisi membangun kota di Mars
Tidak hanya manusia technopreneur semacam Elon Musk saja yang memiliki ambisi untuk membuat koloni di planet Mars. Namun negara kaya raya seperti UEA juga memiliki ambisi fantastis dengan membangun mimpi untuk membuat kota di Mars.Mars 2117 and #Hope_Probe are the embodiment of the UAE’s aspirations and capabilities. Designed, developed and deployed by young Emiratis who will lead our nation into the forefront of space exploration and onto the world stage as one of 9 countries to explore the Red Planet pic.twitter.com/ZNO0CnzjiD
— د. أحمد بالهول (@ahmad_belhoul) April 18, 2018
Pada tahun 2017 lalu, Mohammed bin Rashid al-Maktoum meluncurkan "Proyek Mars 2117". Dalam rencana proyek itu, UEA ingin membuat kora di Mars yang selesai dan siap ditinggali pada tahun 2117.
Proyek itu disusun bersama dengan Putra Mahkota Syeikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan.
Mohammed bin Zayed mengatakan bahwa proyek tersebut adalah proyek jangka panjang, di mana tujuan pertama kami adalah "mengembangkan sistem pendidikan sehingga putra-putra kami dapat memimpin penelitian ilmiah di berbagai sektor."
Selain pendidikan, mereka juga mempersiapkan para astronot yang menjadi bagian penting lainnya bagi misi eksplorasi antariksa UEA. Karena itu, jalan mereka adalah jalan panjang
Sebagai sebuah proyek jangka panjang dan menitikberatkan pada pendidikan untuk menciptakan para ilmuwan dalam negerinya, proyek itu juga akan mengembangkan sarana transportasi dua arah, dari dan ke Mars yang lebih cepat.
Saat ini, perjalanan satelit tercepat dari Bumi ke Mars ditempuh dalam waktu sekitar tujuh bulan.
Barangkali memang banyak orang yang tidak terlalu suka dengan gagasan membangun kehidupan di Mars. Itu karena kritik terhadap perilaku manusia yang sejauh ini abai dengan alam yang ada di bumi.
Namun sinergi seperti keputusan mendesak para korporat dan pemimpin negara maju dalam ambisi nol emisi karbon dioksida pada tahun 2050 dan itu diikuti oleh negara-negara berkembang lainnya, dapat dianggap sebagai salah satu langkah nyata agar bumi tetap layak dihuni untuk anak-cucu masa depan.
Mungkin kamu tertarik: Kisah Tragis Pesawat Atlant, Raksasa Langit Soviet yang Pernah Ditakuti AS
Posting Komentar untuk "Al-Amal, Misi Pertama Mars dari Arab"
Berkomentarlah dengan bijak. Diperbolehkan reupload artikel di atas dengan syarat mencantumkan backlink ke Teknolemper